Seperti apakah hadits tentang manisnya iman? dan Sebenarnya bagaimana seseorang bisa mencapai manisnya keimanan?
Salah satu hadits tentang manisnya iman, termaktub dalam karyanya Imam Bukhari. Imam Bukhari meriwayatkan dalam karya sahihnya dari Anas bin Malik;
Teks Hadis tentang manisnya Iman
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ(رواه البخاري)
البخاري : محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة البخاري (٢٥٦ ه)
Artinya:
dari Anas bin Malik (90 H) dari Nabi saw, beliau bersabda, “Tiga perkara yang apabila ada pada seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman:
- Menjadikannya Allah dan rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya.
- Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan
- dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka”
Penjelasan
Para imam lain juga meriwayatkan Hadits ini, seperti imam Muslim, At-Tirmidzi, an-Nasai, Ibn Majah, Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya.
Selain itu, Para ulama menjelaskan makna manisnya keimanan sebagai kenikmatan seseorang dalam ketaatan, ketaatan menjalankan perintah Alllah SWT dan juga kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW, maka implikasi nya orang tersebut akan menjadi Saleh secara Ritual dan juga Sosial.
Kita lihat bagaimana para sahabat mengaplikasikan hal ini dalam kehidupan nya;
Seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq memberikan semua hartanya untuk kepentingan agama, periode hijrah ke Madinah (yatsrib) Muhajirin rela meninggalkan semua hartanya dan berjuang bersama dengan Nabi, atau juga lihat bagaiman Zaid bin Haritsah melindungi Nabi Saw ketika Bani Tsaqif melempari beliau di Thaif. Hal ini semua mereka lakukan atas dasar kecintaan yang kuat terhadap Allah SWT dan juga Nabi Muhammad SAW.
Tidak hanya itu, lihat persaudaraan orang Anshar dan orang Muhajirin, Ketika Abdurahman bin Auf tiba di Madinah Sa’d bin al-Rabi menawarkan separuh harta dan rumahnya untuknya bahkan menawarkan sebagian istrinya, namun Abdurahman bin Auf menolaknya dan memilih mencari nafkah di pasar madinah, semua ini mereka lakukan atas dasar kecintaan mereka terhadap sesama muslim dan keimanan yang kuat.
Oleh sebab itu, iman menjadi dasar yang kuat dan akan terasa manis ketika mengekspresikan cintanya untuk Agama, mengorbankan segala hal untuk kepentingan agama, bukan mengorbankan Agama untuk kepentingan segala hal.
Wallahu a’lam
Oleh Dede Yasin
Jangan lupa ikuti media kami:
📷:
Mari, wakaf untuk Darus-Sunnah, Pesantren Hadis Pertama di Indonesia:
💳:
💳:https://kitabisa.com/campaign/wakafdarussunnah
[Lembaga Kajian dan Riset Rasionalika Darus-Sunnah]
One Response