Tangerang Selatan, LPS – Sabtu, 22 November lalu, beberapa delegasi Darus-Sunnah, yaitu Ustaz Abdurrohim, Harsya Malik Rachmidiharja, dan Muhammad Habibi penuhi undangan bahsul masail di Ponpes Mahir ar-Riyadli, Kediri, Jawa Timur.
Para delegasi mulai perjalanan dari Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada pukul 18.00 WIB menggunakan bus Harapan Jaya. Perjalanan memakan 14 jam, sehingga para delegasi tiba di Kediri pukul 08.00 pagi. Mereka sempatkan untuk ziarahi beberapa tokoh di Jawa Timur, di antaranya makam leluhur Ponpes Lirboyo dan Ponpes al-Falah Ploso. Setelah ziarah, para delegasi segera menuju Ponpes ar-Riyadli lalu tiba pada pukul 15.45. Mereka disajikan soto kala tiba di sana. Para delegasi istirahat sejenak sampai pukul 16.30 lalu bergegas untuk mengikuti acara pembukaan.
Usai pembukaan, para delegasi kembali beristirahat. Pada pukul 20.00, acara inti bahsul masail dimulai, yaitu jalsah ula. Pada jalsah ula, forum musyawarah membahas pertanyaan yang diajukan oleh Ponpes Hidayatuth Thulllab Kamulan. Pertanyaan yang diajukan mereka secara garis besar membahas mengenai hukum mengambil kursi kosong yang tersedia di KAI dan pemilik asli kursi tersebut diam saja. Diskusi mengenai masalah ini berjalan tegang. Pada awalnya, para peserta sibuk membahas jenis akad ketika memesan tiket KAI melalui loket, aplikasi, dan minimarket, sebelum akhirnya membahas hukum mengambil kursi kosong dalam KAI. Jalsah ula selesai pada pukul 23.30 dan acara bahsul masail dilanjut pada keesokan harinya.
Jalsah tsani dimulai pada pukul 08.30. Usai membahas hukum mengambil kuris kosong di KAI, jalsah tsani fokus membahas status rida seseorang yang diam ketika kursinya diambil. Diskusi ini juga berjalan dengan sengit, masing-masing peserta memiliki jawaban dan didukung dengan argumen mereka masing-masing. Namun pada pukul 09.40, para delegasi harus pulang terlebih duluan karena mengejar kereta pada pukul 12.00 siang.
Harsya Malik Rachmidiharja
(Santri MDS kelas 5 dan anggota Lembaga Pers Santri)