Oleh: Mr. H*
Aku telah menjadi pilihan di antara banyak pilihan lain. Kala itu aku berada di ambang keraguan. Antara memilih lanjut menjalankan sang amanah, atau meninggalkan sang amanah, dan mungkin mencobanya lain kali. Namun mungkin malam itu, menjadi salah satu penyesalan diriku, juga pelajaran bagi seorang anak pra-remaja, mungkin. Orang bisa mengatakan bahwa pilihanku bodoh, sebagian yang lain mungkin mengatakan pilihanku ini berani. Hari demi hari telah ku lewati, malam demi malam juga ku nikmati. Aku merasakan diriku sudah menjalankan amanah dengan sempurna. Namun, ke-junioranku dalam memegang sebuah amanah menghancurkan semua.
Ada kalanya, hatiku sedang berada di garis atas, alias anak-anak sekarang menyebutnya good mood. Sedikit yang telah kusadari, amanah yang kujalani bukanlah hal yang mudah dan enteng. Namun jiwa pemulaku salah dalam menanggapi amanah ini. Sekarang bermain ibarat. Maka aku akan memulai dengan mengibaratkan diriku sebagai pendaki, dan mengibaratkan amanah tersebut sebagai perbekalan. Aku berjalan dengan santainya menjelajahi lereng-lereng bukit. Tanpa kusadari bahwa sebenarnya diriku sedang berjalan perlahan menuju jurang.
Namun tiba-tiba seorang pendaki lain menyelamatkan diriku dari jurang tersebut. Ia memang niatnya sangatlah mulia, namun pandanganku mengatakan caranya agak galak. Sebelum lanjut yang ku ibaratkan sebagai pendaki lain tersebut ialah seorang anggota ISDAR yang berinisial A. Aku sangat berterima kasih kepadanya, meski sampai sekarang aku sering membuatnya kesal dan sebel.
Oiya, tidak lupa ku beri tahu, amanah yang tadi adalah ibarat proposal yang ku perjuangkan beberapa minggu terakhir. Yang mana mengorbankan beberapa jam diriku bermain bersama alam mimpi. Mengorbankan sang happy mood bergurau dengan hatiku. Walau begitu, proposal mengajarkanku banyak hal, tidak bisa kusebutkan satu-satu.
Terima kasih proposal dan inisial A
*Adalah nama pena dari Harsya Malik Rachmidiharja. Penulis merupakan santri Madrasah Darus-Sunnah Angkatan ke-7
