Kamis, 4 Maret 2021, Madrasah Darus-Sunnah menyelenggarakan Sidang Terbuka Tugas Akhir Santri dengan peserta Muhammad Akhis Sulthon, salah seorang santri kelas akhir. Akhis mempresentasikan karya tulisnya yang berjudul “Pengaruh Pandemi Terhadap Pendidikan Pesantren” di hadapan penguji yang terdiri dari penguji eksternal, Ust. Fahmi Suhudi, LC., SH., dan penguji internal, yaitu Ust. Ja’far Tamam, LC., S.Ag. Dengan demikian, purna sudah seluruh rangkaian Sidang Terbuka Tugas Akhir Santri Madrasah Darus-Sunnah tahun ajaran 2020/2021, melengkapi sidang-sidang sebelumnya.
Sejak pertengahan Februari 2021, Madrasah Darus-Sunnah melalui ketua panitia ujian kelas akhir, Ust. Muhammad Roki’in, LC., S.Ag., menghelat Sidang Terbuka Tugas Akhir Santri secara beruntun. Tepatnya, Sabtu, 13 Februari 2021, ujian terbuka dimulai dengan peserta Sunan Kanjeng Mustopo dan Afda Alif Muhammad yang diuji secara langsung oleh Khadim Ma’had, KH. Zia Ul Haramein, Lc., M.Si., beserta wali kelas 6, Ust. Imam Budiman, LC., S.S.I. Setelah melalui serangkaian tanya jawab antara penguji dan peserta, majlis sidang yang dipimpin oleh Kepala Madrasah Darus-Sunnah, Ust. Tubagus Hasan Basri, LC., M.Ag., memutuskan bahwa kedua peserta dinyatakan lulus dari tugas akhir dengan predikat Jayyid Jiddan untuk Sunan Kanjeng dan Mumtaz untuk Afda Alif.
Secara umum, dari seluruh karya tulis yang telah disusun, terdapat beberapa catatan menarik. Dari kesembilan belas santri, setidaknya terdapat empat santri yang mengulik kajian al-Qur’an dari berbagai sisi. Muhammad Haikal Ali atau yang akrab disapa Ical misalnya, ia menulis tentang implementasi metode menghafal al-Qur’an yang disebut dengan “HQ4T” di Pesantren Nurul Quran 3 Cibubur. Masih dalam sekup yang sama, Edo Murtadlo mencoba mengamati minat baca dan menghafal al-Quran di kalangan santri untuk kemudian ditulis rumusan bagaimana cara menghidupkannya. Ahmad Soefyan Syabani seolah ikut menjawabnya dengan mengkaji buku “Metode Mafaza” karya Ust. Andi Rahman, MA., yang dianggap sebagai tawaran cara cepat membaca al-Quran di era milenial. Lalu dilengkapi oleh Maulana Hafizh yang mengkaji bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran tajwid.
Bergeser ke bidang hadis. Abdul Rahman Rafli mencoba menawarkan kajian ilmu hadis yang kiranya praktis untuk generasi milenial. Seolah melengkapi, Muhammad Suhail menelisik sisi kajian hadisnya dengan mengkaji kitab al-Arba’in al-Mushthafawiyah yang susun oleh Ust. Dr. Ahmad Ubaydi Hasbillah, MA.Hum. yang terakhir ini merupakan salah satu karya tulis yang membahas pemikiran tokoh, sebagaimana yang dilakukan oleh Soefyan Syabani di atas, serta M. Syahrul Amin yang mengkaji “Sejarah Legislasi Hukum Islam Perspektif Manna al-Qaththan.”
Tema karya tulis lain yang juga mendominasi adalah tentang dakwah. Riza Baridan Rizky Setia Wardana berada di gelanggang ini. Keduanya menyoroti adanya pergeseran pola kehidupan masyarakat yang meniscayakan pada perlunya mengubah strategi dakwah agar diminati. Adapun tema lain yang tidak kalah menarik adalah berkaitan dengan hukum-hukum fikih, seperti at-tashwir, musik, wudhu’, nikah beda agama, hingga Gim “Among Us” dalam tinjauan Islam atau fikih. Ada pula kajian tentang kaidah penulisan Arab, sholawat, cara melawan pikiran negatif, Islam agama cinta, hingga yang masih up to date, yaitu pengaruh pandemi corona terhadap pendidikan di pesantren.
Apa yang telah ditulis para santri kelas akhir ini merupakan implementasi dari program “satu santri satu buku” yang menjadi bagian dari cara Madrasah Darus-Sunnah dalam “Mengader Ulama Sejak Usia Dini”. Sekaligus menjadi upaya para santri untuk senantiasa merawat pesan pendiri Darus-Sunnah, ayahanda Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., yang menggaungkan slogan wala tamutunna illa wa antum katibun (pantang mati sebelum berkarya).
Selamat kepada para santri kelas akhir. Semoga apa yang telah diulis bermanfaat bagi kalian secara khusus, dan bagi umat Islam secara umum. Amin. [UN]