Madrasah Darus-Sunnah – Kamis 28 Maret 2018, Ikatan Santri Darus-Sunnah (ISDAR) menggelar Bahtsul Masail perdana yang fokus membahas permasalahan Fikih. Acara yang dihelat di Aula lantai III gedung madrasah tersebut dan diikuti oleh santri Madrasah Darus-Sunnah (MDS) kelas III dan IV. Kegiatan dwi mingguan itu diwujudkan guna memperdalam kecakapan santri dalam membaca, memahami, dan menjelaskan referensi-referensi primer kajian Fikih.
Hampir 3 jam, santri usia SMP-SMA itu nampak antusias dan bersemangat mengangkat papan nama kelompok masing-masing guna menjawab, menanggapi, dan mengkritisi pendapat kelompok lain. Dengan metode kajian bahstul masail ini, setidaknya ada dua hal yang ingin ditradisikan. Pertama, melatih kecakapan santri dalam mengakses literatur keislaman, baik yang klasik maupun kotemporer.
Sebagai misal, sebagaimana nampak dalam adu argumen tadi malam, peserta bahtsul masail sudah banyak menyiapkan beragam argumen yang dirujuk dari berbagai judul kitab. Semisal kitab Kasyifah al-Saja karya Syaikh Muhammad Nawawi al-Batani (1897), Bughyah al-Mustarsyidin karya Sayyid Abdurrahman (1320 H), Nihayah al-Muhtaj karya Imam Syamsuddin al-Ramli (1004 H), Asna al-Mathalib karya Syaikh Zakariya al-Anshari (926 H), al-Muhadzab karya Imam Abu Ishaq al-Syirazi (476 H), dan lain sebagainya.
Kedua, program Bahtsul Masail Fikih tersebut disiapkan untuk menjadi kelanjutan dari Bahtsul Masail Nahwu-Sharaf yang sudah dimulai di semester sebelumnya. Ke depannya, Bahstul Masail Fikih ini akan dikhususkan untuk jenjang Aliyah (kelas IV-VI), sedangkan Bahstul Masail Nahwu-Sharaf difokuskan untuk jenjang Tsanawiyah (kelas I-III).
Dengan skema ini, diharapkan sekuel program bahstul masail tersebut menjadi salah satu bagian penunjang pencapaian visi MDS, yakni mengader ulama sejak dini. Amiin. (Ust. M. Hanifuddin)