Ahad, 27 Februari 2022, dalam rangka Harlah NU ke-99 dan Pra Haul Kiai Ali Mustafa Yaqub Ke-6, Rasionalika (salah satu Lembaga Semi Otonom (LSO) yang berada di lingkungan Darus-Sunnah International Institute For Hadits Sciences) berkerjasama dengan LBM PCNU Tangsel menggelar diskusi bedah disertasi. Selain Rasionalika, kegiatan ini juga bersinergi dengan 7 lembaga struktural PCNU Tangsel serta dengan LBM PCNU Kab. Tangerang dan LBM PCNU Kab. Bekasi. Penulis disertasi, Prof. Dr. KH. Ahmad Zahro, MA. hadir dalam kegiatan ini. Tema yang diangkat adalah melacak akar sejarah lembaga bahtsul masail; jalan panjang tradisi intelektual NU. Acara yang diadakan secara online via Zoom Meeting yang tayang live di TVNU Tangsel dan TVNU ini dibuka langsung oleh Dr. KH. Muhammad Asrorun Ni’am Sholeh, MA, Katib PBNU.
Bertindak sebagai pembahas adalah Muhammad Hanifuddin, LC., MA. (Ketua LBM PCNU Tangsel), Muhammad Aniq Munir (Wakil Ketua LBM PCNU Kab. Bekasi), dan Ahmad Irsyad al-Faruq, M.Ag (Ketua LBM PCNU Kab. Tangerang). Secara bergantian, disertasi yang ditulis untuk menyelasaikan studi doktoral di UIN Sunan Kalijaga (2001) itu menggunakan pembahasan per-bab. Mulai bab I hingga bab V. Pada bagian awal, penjelasan secara kelembagaan, yang mana Lembaga Bahtsul Masail telah sah berdasarkan Surat Keputusan PBNU 30/A.I.05/5/1990. Meskipun dalam praktiknya, sudah ada sejak kelahiran NU, tahun 1926. Bahkan jauh sebelumnya, aktivitas ini telah menjadi salah satu tradisi ilmiah di pesantren-pesantren.
Apa itu Bahtsul Masail?
Bahtsul masail adalah ruh intelektual NU. Seiring perkembangan zaman, tradisi yang telah mengakar kuat di NU dan jaringan pesantren di Indonesia ini perlu untuk ditelaah secara akademis. Tujuannya adalah untuk memastikan hal ini menjadi tradisi yang “lumintu”, terus menerus hidup, dan melibatkan lintas generasi. Kritik dan kontekstualisasi menjadi dua kata kunci. Karena itu, bertepatan dengan momentum satu abad NU, perlu kiranya mewujudkan strategi baru untuk melakukan kaderisasi dan penguatan aktivis bahtsul masail.
Apa Tujuan Kegiatan Diskusi Ini?
Ada empat tujuan dari kegiatan ini. Pertama, penguatan posisi bahtsul masail sebagai tradisi intelektual NU dalam perspektif akademis. Kedua, memahami dinamika Lembaga Bahtsul Masail dalam tradisi intelektual NU. Ketiga, kritik dan pembaruan metode, agar terus relevan dengan kebutuhan masyarakat luas. Keempat, Kaderisasi aktivis bahtsul masail dari pesantren Se-DKI, Banten dan Jabar.
Pada bagian akhir, Dr. KH. Abdul Moqsith Ghazali, MA. (Katib PBNU) dan KH. Masdar Farid Mas’udi, MA. (Rais PBNU) memberikan catatan kritis terhadap diskusi ini. Hampir selama 4 jam, kegiatan ini antusias memiliki perhatian dari berbagai kalangan. Di antaranya adalah pengurus dan santri pesantren di Tangsel, Kab. Tangerang, dan Kab. Bekasi, pengurus lembaga, banom, dan MWC PCNU Tangsel, pengurus dan santri dari pesantren di Banten dan Jawa Barat, perwakilan pengurus LBM PCNU Jabodetabek, PWNU Banten, PWNU DKI, PWNU Jabar, dan PWNU Jateng. Selain itu juga diikuti oleh pengurus LBM PCI NU dan alumni Sekolah Bahtsul Masail PCNU Tangsel.
Penulis: Muhammad Hanifuddin, LC., MA.