Dalam setahun terakhir, Ma’had Darus-Sunnah mendapatkan amanat untuk mengader da’i dari Poso Sulawesi Tengah. Siang hari, ketujuh mahasantri ini menimba ilmu di perguruan tinggi sekitar; UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan PTIQ Jakarta. Karena masih dalam situasi pandemi, perkuliahan dilakukan secara online. Sedangkan pagi, sore, dan malam, mereka nyantri di Darus-Sunnah. Mengkaji secara intensif beragam keilmuan. Terstruktur dengan kurikulum terpadu dan berjenjang. Mulai dari al-Qur’an, hadis, ilmu hadis, fikih, tarikh, akidah, nahwu, shorof, sejarah Islam Indonesia, dan lain sebagainya.
Selain itu, dalam proses mengader da’i dari Poso selama tiga tahun ke depannya, diajarkan juga managemen dakwah dan pengembangan diri. Di antaranya adalah manajemen positif, baik sebagai diri sendiri, sebagai anggota keluarga, sebagai mitra kerja, sebagai pendakwah, ataupun sebagai anggota/pemimpin masyarakat. Dengan bekal ini, target nya adalah kompetensi alumni yang mampu menebar pesan-pesan luhur agama, khususnya dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Mengejawantahkan misi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.
Dalam kajian ilmu sosial, perubahan sosial dapat kita lihat dari dua pendekatan; agen dan struktur. Agen adalah aktor/pelaku yang menjadi pelopor perubahan. Sedangkan struktur adalah institusi yang ada di tengah-tengah masyarakat. Terkait hal ini, penting adanya membangun sarana prasarana, lembaga, institusi, organisasi, komunitas, tata nilai, perundang-undangan, dan lain sebagainya. Di satu sisi, penting juga untuk mempersiapkan individu-individu yang akan menjadi penggerak dari beragam institusi dan tata nilai tersebut. Dengan demikian, perubahan evolutif menuju peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat dapat terwujud.
Dalam tulisannya yang berjudul “Membedah Tanggungjawab Pesantren” (1987), Kiai Sahal Mahfudh (1937-2014) menegaskan bahwa peran pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan (tafaqquh fiddin), tetapi juga sebagai lembaga sosial kemasyarakatan. Karena itu, santri harus mempersiapkan diri untuk menjadi individu-individu yang cakap mengambil peran dalam kehidupan sosial masyarakat. Jeli dan kritis memahami problem masyarakat, hingga kemudian berkolaborasi dan bersinergi dengan elemen masyarakat lainnya memberikan solusi (problem solving).
Idaman Kiai Ali Mustafa Yaqub
Dari titik ini, program pengaderan mahasantri Poso ini dapat dipahami sebagai strategi jangka panjang. Memilih “soft approach” menyiapkan generasi muda Indonesia yang mampu menyinergikan relasi agama dan negara. Merawat dan memberdayakan keragaman Indonesia sebagai modal sosial. Modal untuk peradaban dan keadaban bersama, bukan untuk saling bertikai dan bercerai berai. Sebagaimana dulu menjadi idaman Kiai Ali Mustafa Yaqub (1952-2016), alumni Darus-Sunnah harus menjadi suluh bagi masyarakat. Mengedepankan prinsip persaudaraan dan persatuan. Mengutamakan dialog untuk mencari titik temu di antara keragaman yang ada.
Semoga.
Penulis: Muhammad Hanifuddin, Lc., S.S.I., S.Sos, Dosen Darussunnah International Institute For Hadith Sciences