Meminjam pandangannya Kahlil Gibran bahwa cinta adalah sesuatu yang menggetarkan. Bukan hanya sebagai reaksi kimia atau gejala biologis. Tetapi, cinta juga sebagai sesuatu yang sangat erat dengan perasaan. Lebih jauh dari pada itu, cinta adalah anugerah terbesar dari Tuhan. Karena cintalah semesta ini tercipta dan karena cinta setiap keindahan setiap unsur semesta menjadi terasa.
Bentuk mengekspresikannya beragam caranya, baik dengan ucapan atau perlakuan. Dalam hal ini perlu ada perhatian tentang bagaimana cara mengekspresikan cinta, karena ekspresi cinta yang menjurus pada kemaksiatan tidak bisa dibenarkan. Agar ungkapan cinta itu tidak termasuk sebagai sesuatu yang muncul bukan karena selain Allah Swt., membalas ungkapannya pun tidak boleh sembarangan.
Sahabat Nabi Muhammad saw. pernah memberikan contoh dalam hal ini yang direkam dalam hadis berikut ini:
حَدَّثَنا مُسْلِمُ بْنُ إِبْراهِيمَ، حَدَّثَنا المُبارَكُ بْنُ فَضالَةَ، حَدَّثَنا ثابِتٌ البناني، عَنْ أَنَسِ بْنِ مالِكٍ أَنَّ رَجُلًا كانَ عِنْدَ النَّبي صلى اللَّه عليه وسلم فَمَرَّ بِهِ رَجُلٌ فَقالَ: يا رَسُولَ اللَّهِ إِنّي لأُحِبُّ هذا .فَقالَ لَهُ النَّبي صلى اللَّه عليه وسلم: “أَعْلَمْتَهُ؟”.قالَ قالَ: لا قالَ: “أَعْلِمْهُ” .قالَ: فَلَحِقَهُ فَقالَ: إِنّي أُحِبُّكَ في اللَّهِ. فَقالَ: ”أَحَبَّكَ الذي أَحْبَبْتَني لَهُ” (رواه أبو داود)
أبو داود : سليمان بن الأشعث بن شداد بن عمرو بن إسحاق بن بشير الأزدي السجستاني
Artinya: Dari Anas bin Malik r.a. (w. 91 H) berkata, “Seorang laki-laki berada di sisi Nabi Muhammad saw., lalu ada seseorang lagi lewat di depannya. Laki-laki itu lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai orang ini.” Nabi Muhammad saw. lalu berkata kepadanya, “Apakah kamu telah memberitahunya.” Ia menjawab: “Belum.” Beliau bersabda: “Beritahukanlah ia!.” Anas berkata, Laki-laki itu kemudian menyusulnya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.”Orang itu balik berkata: “Semoga Dzat yang kamu mencintai aku karena-Nya mencintai engkau.”
HR. Abu Dawud (202 H – 275 H: 73 tahun).
Istifadah:
Hadis ini menganjurkan untuk mengungkapkan rasa cinta pada saudara seimannya. Imam al-Ghazali berpendapat bahwa dengan ungkapan tersebut dapat menambah rasa cinta, itulah anjuran syariat. Dalam riwayat Imam Tirmidzi termaktub:
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ إِيَّاهُ
“Bila salah seorang dari kalian mencintai saudaranya, hendaklah memberitahukan padanya.”
Imam Abdurrahman al-Mubarokfury dalam kitabnya Tuhfah al-Ahwadzi menjelaskan bahwa dari pengungkapan tersebut hati akan terikat dan mendatangkan kasih sayang sehingga menghasilkan persatuan dan menghilangkan perselisihan di antara mukminin.
Adanya cinta harus berdasar karena Allah semata, bukan karena paras seseorang atau karena kedudukannya. Dan di antara cara menjawab ungkapan cinta seseorang adalah dengan mendoakannya sebagaimana yang telah dicontohkan oleh sahabat Nabi sebagai berikut:
أَحَبَّكَ الذي أَحْبَبْتَني لَهُ
“Semoga Dzat yang kamu mencintai aku karena-Nya mencintai engkau.”
Imam Ibnu Ruslan menjelaskan bahwa dari hadis ini menjadi dalil sunahnya menunjukkan rasa kasih sayang satu sama lain, entah itu dengan memberikan hadiah, sikap rendah hati, dan kebaikan. Karena sungguh rasa kasih sayang akan tumbuh di dalam hati bagi orang yang saling berbuat baik.
Wallahu a’lam
Oleh : Julfikar Al Farizi