Tantangan dan Tanggung Jawab Orang Tua Semakin Berat dengan Adanya Bullying

Nampaknya kasus bullying belakangan ini sedang ramai diperbincangkan, bagaimana tidak, ketika orang tua menitipkan anaknya di pondok pesantren untuk menuntut ilmu agama, ternyata anaknya menjadi pelaku kasus pem-bullyan yang mencoreng agama.

Kemerosotan nilai moral pada anak sekarang ini sudah nampak seperti yang telah kita ketahui bersama, kurangnya pendidikan nampaknya menjadi sebab merosotnya nilai moral pada anak. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan yang diberikan guru di sekolah, namun dari segala aspek kehidupan anak merupakan pendidikan yang bisa selalu diambil pelajarannya. Dari mulai lingkungan keluarga sampai lingkungan pertemanan. Maka, sudah seyogianya bagi orang tua untuk mempersiapkan bekal kepada anak untuk menghadapi berbagai lingkungan. Sehingga, tidak menimbulkan kasus-kasus yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak-anak.

Anak-anak tidak hanya menjadi pelaku dan korban perundungan saja, namun mereka menjadi korban dari ketidak harmonisan keluarga yang kurang mendengar apa yang anak rasakan dan apa yang anak lakukan. Sehingga, ia lampiaskan emosi tersebut pada yang bukan tempatnya.

Menjadi orang tua bukanlah tugas yang mudah. Orang tua harus menyiapkan bekal yang cukup untuk mencetak generasi emas. Kewajiban orang tua atas anak sudah dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadisnya yang berbunyi:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ ذَكْوَانَ عَنْ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ قَالَتْ أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الْأَنْصَارِ مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَليَصُمْ قَالَتْ فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا وَنَجْعَلُ لَهُمْ اللُّعْبَةَ مِنْ الْعِهْنِ فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الْإِفْطَارِ . (رواه البخاري)

البخاري : أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة الجعفي البخاري.

Artinya:

Dari Rubai binti Muawwidz r.a (w. 37 H), ia berkata, Nabi saw. mengirim utusan ke kampung Kaum Anshar pada siang hari ‘Asyura (untuk menyampaikan): “Bahwa siapa yang tidak berpuasa sejak pagi hari maka dia harus menggantinya pada hari yang lain, dan siapa yang sudah berpuasa sejak pagi hari maka hendaklah dia melanjutkan puasanya.” Dia (Ar-Rubai’ binti Mu’awwidz) berkata, “Setelah itu kami selalu berpuasa dan kami juga mendidik anak-anak kecil kami untuk berpuasa dan kami sediakan untuk mereka semacam alat permainan terbuat dari bulu domba, apabila seorang dari mereka ada yang menangis meminta makan maka kami beri dia permainan itu. Demikianlah terus kami lakukan hingga tiba waktu berbuka”.
HR. Bukhari (194 H- 256 H : 62 tahun)

Istifadah:

  1. Anak merupakan amanah yang sudah semestinya dijaga dan dididik sebaik mungkin. Jika berhasil dalam melaksanakan amanah tersebut, maka ia sudah melaksanakan amanah atas perintah Allah Swt.
  2. Betapa pentingnya mendidik anak sejak dini dengan bekal ilmu agama. Semakin ditanam ilmu agama sejak dini, maka ia akan tumbuh dengan ilmu agama yang ia dapati dari kedua orang tuanya
  3. Untuk memutus mata rantai perundungan yang dilakukan anak-anak ialah mengetahui terlebih dahulu apa latar belakang atau alasan anak tersebut melakukan perundungan terhadap teman sebayanya atau adik kelasnya. Jika sudah diketahui apa latar belakang dari perlakuan anak tersebut, maka mencari dan mempraktekkan solusi atas sebab tersebut adalah jawaban yang tepat.

Wallahu a’lam

Oleh : Salsabila Syalwani

Tag‎ar ‎‎‎‏‏‎ ‎‏‏‎ ‎‏‏‎ ‎

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Assalamu'alaikum para pengunjung yang budiman.

Silahkan pilih salah satu kontak dibawah ini untuk menghubungi kami

Madrasah Darus-Sunnah

6 Tahun Setingkat Tsanawiyah-Aliyah